Deskripsi
Buku ini merupakan bagian dari proyek etnografi untuk merekam dan meng-update tentang keberadaan suku-suku bangsa di Aceh, terutama pada klasifikasi yang disebut sebagai etnis tempatan (host ethnics), dan memisahkan dengan etnis pendatang (migrant ethnics) yang berkembang di dalam sebuah wilayah atau komunitas lain dalam proses asimilasi dan akulturasi (Pelly, 2013).
Fakta historis menunjukkan bahwa Aceh adalah salah satu daerah yang memiliki kekayaan tertua di Nusantara. Secara historis Aceh memiliki sejarah pembauran dan keberagaman yang cukup unik. Daerah ini memiliki beberapa kota tua yang telah berumur ratusan tahun seperti Kutaraja, Singkil, Idi, Peureulak, Meureudu, Lamno, Labuhan Haji, dan lain-lain yang bukan saja menjadi melting pot suku-suku bangsa di dunia, tapi juga menjadi tempat perkembangan etnik-etnik tempatan. Ketika Aceh menjadi sebuah provinsi, keberagaman yang terjadi berpengaruh pada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Untuk dimensi kontemporer, saat ini Aceh memiliki sembilan etnis tempatan, yaitu 1) Aceh, 2) Gayo, 3) Alas, 4) Tamiang, 5) Aneuk Jamee, 6) Kluet, 7) Singkil, 8) Devayan, 9) Haloban. Etnis-etnis inilah yang diteliti dan menjadi objek riset ilmiah yang dilakukan dengan pendekatan sosial-kualitatif dengan metode etnografis. Oleh sebab itu, penulis melakukan pengambaran mendalam (thick description) tentang etnis-etnis tempatan yang ada di Aceh dengan melakukan identifikasi pada aspek sejarah, budaya, demokrasi lokal, kuliner, dan kesenian. Penulis juga melakukan kodifikasi tentang status etnis tempatan Aceh dan juga relasinya dengan etnis migran di Aceh serta menggambarkan tentang dimensi etnografis dan multikulturalisme Aceh dalam bingkai Republik Indonesia.
- Penulis: Teuku Kemal Fasya, Iromi Ilham, Bobby Rahman, Rizki Yunanda, Dedi Fariadi
- ISBN: xxxx
- Halaman: 198
- Ukuran: 15 x 23 cm
- Tahun Terbit: 2023
Review
Belum ada ulasan.